Tanpa judul
H
|
aaaaaaaaaah,,,, aku terus menghela nafas, sedikit terdengar
teriak karna menahan emosi.
Aku apes banget
hari iniL
pagi-pagi dapet hadiah dari guru BP atas keterlambatanku yang ke enam kalinya,dan
hadiahnya bersihin wc bau, padahal udah usaha
buat bangun pagi tapi tetep aja angkotnya gak bersahabat, seragamku yang
tadinya wangi jadi bau gak karuan.
Eluhku sepanjang
perjalanan menuju kelas, kulihat sekeliling kelasku yang berada dilantai dua
jelas terlihat awan yang menggumpal di langit disertai dengan warna langit yang
kelabu “bakalan turun hujan deras” ucapku dalam hati.
Sambil berjalan
kedalam kelas akuu arahkan sebentar tatapan mataku keatas pintu kelas, diatas pintu terdapat kayu ukiran bertuliskan
XIIPB sudah agak berdebu karna sudah lama tidak dibersihkan.
Dalam kelas gaduh,
karena belum ada guru yang datang, kulihat ada beberapa anak yang ngobrol
sambil mengunyah makanan yang kutahu pasti mereka beli di kantin, beberapa anak
lagi sedang berusaha mengabadikan saat seperti ini dengan berfoto-foto dengan
teman yang lainnya, kelasku mendadak terlihat lebih mirip anak-anak yang sedang
berwisata dari pada anak-anak yang mau belajar.
Diujung barisan
tempat duduk ku perhatikan anak perempuan sedang memerhatikan kedatanganku
sambil tersenyum, kuhampiri dia lalu duduk disebelahnya yang memang tempat
dudukku.
“kenapa say?” tanya Fitri teman sebangkuku dengan wajah
menahan tawa
“nek, lo pura-pura
gak tau gue abis ngapain, ato emang mau ngejek gue?!!” jawabku sedikit emosi
“yee dia sewot,
santai dong, lo dah ngerjain pr bahasa inggris lek?” Tanya sahabatku itu
“udah tuch, ada di tas gue, kalo mau nyontek ambil ja” aku yang tahu maksud pertanyaannya berusaha to the point pada Fitri
“Beuh!!! Gila keren lo ngerti maksud gue” jawab fitri sambil tertawa
“udah tuch, ada di tas gue, kalo mau nyontek ambil ja” aku yang tahu maksud pertanyaannya berusaha to the point pada Fitri
“Beuh!!! Gila keren lo ngerti maksud gue” jawab fitri sambil tertawa
Tidak sampai 15menit
bapak Anton guru B. inggrisku datang,
begitu juga dengan aksi contek Fitri
selesai.
“okey, today I’ll explain the same lesson like tomorrow about conditional sentence” oceh guruku di depan meja barisan paling depan.
“okey, today I’ll explain the same lesson like tomorrow about conditional sentence” oceh guruku di depan meja barisan paling depan.
“Bosen, materi yang kemarin lagi” komentarku dalam hati
Aku berusaha
beristirahat dengan membungkukan badan lalu menyandarkan dagu di atas kedua tanganku yang kulipat
rapi di atas meja, sambil tetap focus melihat kearah guru bahasa Inggrisku,
laki-laki berperawakan tinggi kurus berumur sekitar 23 atau 25 tahun yang
sedang berdiri tepat di depan papan tulis menghadap keseluruh murid-muridnya.
Sesekali kutengok Fitri yang ada di sebelah kiriku, dia sedang sibuk membetulkan
jilbabnya yang sebenarnya sudah rapi sejak awal “dasar centil” ucapku
dalam hati, kemudian aku kembali focus
kearah pak Aton.
Posisi tempat dudukku
yang dempet tembok barisan akhir dan kipas angin tempel tepat di atas tembok
barisanku, semakin membuat aku mengantuk.
HOOOOOAAAAAM,,, tanpa
sadar aku menguap lebar dengan santainya, sayup-sayup kedua mataku mulai
tertutup, kantuk karena bosan. Aku
terlelap.
“Yuan jelek bangun” suara
Fitri yang berusaha membangunkanku terdengar agak berteriak, sambil mendorong
badanku kekanan dan kekiri,diamping itu kudengar suara yang sangat familiar
diluar kelasku hujan deras.
“Iya iya gw bangun,,
jawabku tanpa membuka mata, kurasakan ada benda menutupi wajahku, buku.
“Fit, ini buku paket siapa? Tanyaku
“Fit, ini buku paket siapa? Tanyaku
“Buku paket lo lah, w
pake buat nutupin muka lo yang ileran
nanti kalo pak Anton liat lo ileran dia nyuruh lo bersihin wc lagi.” Jawab Firi
sambil tertawa
“tapi gw heran lek, padahal gw udah sengaja diriin buku paket didepan muka lo, tapi kok pak Anton masih suka liat kearah lo ya?” Tanya Fitri kepadaku.
“tapi gw heran lek, padahal gw udah sengaja diriin buku paket didepan muka lo, tapi kok pak Anton masih suka liat kearah lo ya?” Tanya Fitri kepadaku.
“Si pinter!!! Pantes
aja pak Anton ngelirik kearah w terus, yang lo pake buat nutupin muka itu buku
paket bahasa Indonesia!! “ Teriakku
“Hehehe, sholat
dzuhur yuk,” ajaknya sambil tertawa renyah
“emang udah dzuhur
ya? Cepet banget,, perasaan gw tidur cuma limabelas menitan,”
“udah cepetan ayuk
kemasjid, nanti keburu rame, nich mukena lu”. Fitri menyodorkan mukena kedepan
mukaku yang masih kusut.
Suasana diluar kelas ramai, banyak murid yang
berbondong-bondong menuju masjid. Masjid yang juga sering digunakan para warga
sekitar sekolah kami untuk beribadah, masjid tua berwana hijau dengan bangunan
yang kokoh. Lantai sepanjang jalan menuju masjid yang licin membuat aku dan
Fitri tidak bisa bercanda terlalu aktif, kami hanya bisa bergurau lewat
ucapan-ucapan konyol kami yang kadang membuat orang yang berjalan disekitar
kami menghindar karna risih melihat terlalu ramai perbincangan kami.
Sesampainya di
masjid, kami harus berlari kecil karena kami sudah mendengar komat di bacakan,
tergesa-gesa kami mencari tempat untuk sholat, aku dan Fitri hanya melemparkan
mukena sembarangan tanpa tahu Saff kami yang mana, karena kami harus berlari
lagi ke belakang masjid untuk mengambil wudhu.
“MasyAllah, kenapa
ngantri banget ya?” Tanya Fitri sambil teriak.
“Yah fit namanya juga
lagi ujan jadinya begini pada buru-buru tapi telat juga,” sautku sambil melipat kedua lengan bajuku.
Kami kembali kedalam
masjid, dan semua jama’ah sudah rapi melakukan atahiyat akhir, sambil menunggu
sholat selesai aku memerhatikan saff laki-laki
yang ku lihat hampir seluruhnya serentak menggunakan seragam putih abu-abu, dan
batik coklat muda seragam para guru pada hari rabu.
“beruntung hari ini
hujan Fit” ucapku pelan kepada Fitri sambil tersenyum lebar.
“emang kenapa lek?”
Tanya Fitri
“kan jadinya abis
sholat kita gak usah praktek olahraga,hehehe gue merdeka” jawabku tambah
semangat
Aku dengar salam
kedua yang dibacakan oleh Imam, bergegas kami menuju tempat kami melempar
mukena, hah sudah kuduga mukena kami tidak ada di tempat.
“dilempar kepojokan
kali Fit” ucapku pada Fitri yang tetap berputar mencari mukena kamu.
“nah itu dia” tunjuk
Fitri kearah paling depan saff perempuan,
Fitri yang barusan
berlari mengambil mukena kami, langsung menyerahkan mukena berwarna putih polos
kepadaku, kami sholat masing-masing tanpa imam.
Usai sholat, dan
berdo’a singkat tanpa melepaskan mukena langsung kerebahkan badankanku
dilantai. Masjid mulai sepi, beberapa anak mulai kembali kekelasnya atau menuju
tujuan mereka masing-masing.
“heh, badan lo gak
ada tulangnya banget sich dimana mana tiduran mulu” ucap Fitri sambil
melepaskan mukenanya.
“Langsung kekelas
yuk” ajaknya
“Ya udah dech ayuk”
jawabku malas
“Bawain mukena gue ya
say” pintaku kepada Fitri sambil berlari
“heh enggak, enggak
bawa sendiri,
Aku berlari keluar
kelas, meninggalkan Fitri tanpa melihat kearah depan.
BRUUUGG, aku
menabarak seseorang entah siapa, yang jelas badannya lebih kekarr dari pada
aku, buktinya aku sampai jatuh terduduk tapi dia masih berdiri kokoh.
“Yuan lo gak
apa-apa?” Tanya Fitri sambil membantuku bangun,
Rok abu-abu mudaku
berubah menjadi abu-abu gelap karena aku jatuh ketempat yang basah,
“Kamu gak apa-apa?”
suara cowo hampir sebaya denganku.
Dengan emosi yang
tidak beralasan karena seharusnya kau yang salah, aku berkata sambil melihat
kearah cowo itu
“apanya yang gak
apa-apa? Li-at niich roook guue” suaraku yang tadinya penuh emosi langsung
melemah karena kaget
“MasyAllah” teriakku
kaget sambil melihat cowo itu.
The End

