Senin, 14 November 2011

my first cerpen


Tanpa judul

H
aaaaaaaaaah,,,,  aku terus menghela nafas, sedikit terdengar teriak karna menahan emosi.
Aku apes banget hari iniL pagi-pagi dapet hadiah dari guru BP atas keterlambatanku yang ke enam kalinya,dan  hadiahnya bersihin wc bau, padahal udah usaha buat bangun pagi tapi tetep aja angkotnya gak bersahabat, seragamku yang tadinya wangi jadi bau gak karuan.

Eluhku sepanjang perjalanan menuju kelas, kulihat sekeliling kelasku yang berada dilantai dua jelas terlihat awan yang menggumpal di langit disertai dengan warna langit yang kelabu “bakalan turun hujan deras” ucapku dalam hati.
Sambil berjalan kedalam kelas akuu arahkan sebentar tatapan mataku keatas pintu  kelas,  diatas pintu terdapat kayu ukiran bertuliskan XIIPB sudah agak berdebu karna sudah lama tidak dibersihkan.

Dalam kelas gaduh, karena belum ada guru yang datang, kulihat ada beberapa anak yang ngobrol sambil mengunyah makanan yang kutahu pasti mereka beli di kantin, beberapa anak lagi sedang berusaha mengabadikan saat seperti ini dengan berfoto-foto dengan teman yang lainnya, kelasku mendadak terlihat lebih mirip anak-anak yang sedang berwisata dari pada anak-anak yang mau belajar.
Diujung barisan tempat duduk ku perhatikan anak perempuan sedang memerhatikan kedatanganku sambil tersenyum, kuhampiri dia lalu duduk disebelahnya yang memang tempat dudukku.

“kenapa say?”  tanya Fitri teman sebangkuku dengan wajah menahan tawa
“nek, lo pura-pura gak tau gue abis ngapain, ato emang mau ngejek gue?!!”  jawabku sedikit emosi
“yee dia sewot, santai dong, lo dah ngerjain pr bahasa inggris lek?” Tanya sahabatku itu
“udah tuch, ada di tas gue, kalo mau nyontek ambil ja” aku yang tahu maksud pertanyaannya berusaha to the point pada Fitri
“Beuh!!! Gila keren lo ngerti maksud gue” jawab fitri sambil tertawa

Tidak sampai 15menit bapak Anton guru  B. inggrisku datang, begitu juga dengan aksi contek  Fitri selesai.
“okey, today I’ll explain the same lesson like tomorrow about conditional sentence” oceh guruku di depan meja barisan paling depan.
Bosen, materi yang kemarin lagi” komentarku dalam hati

Aku berusaha beristirahat dengan membungkukan badan lalu  menyandarkan dagu di atas kedua tanganku yang kulipat rapi di atas meja, sambil tetap focus melihat kearah guru bahasa Inggrisku, laki-laki berperawakan tinggi kurus berumur sekitar 23 atau 25 tahun yang sedang berdiri tepat di depan papan tulis menghadap keseluruh murid-muridnya. Sesekali kutengok Fitri yang ada di sebelah kiriku, dia sedang sibuk membetulkan jilbabnya yang sebenarnya sudah rapi sejak awal “dasar centil” ucapku dalam hati, kemudian aku  kembali focus kearah pak Aton.
Posisi tempat dudukku yang dempet tembok barisan akhir dan kipas angin tempel tepat di atas tembok barisanku, semakin membuat aku mengantuk.
HOOOOOAAAAAM,,,   tanpa sadar aku menguap lebar dengan santainya, sayup-sayup kedua mataku mulai tertutup,  kantuk karena bosan. Aku terlelap.


“Yuan jelek bangun” suara Fitri yang berusaha membangunkanku terdengar agak berteriak, sambil mendorong badanku kekanan dan kekiri,diamping itu kudengar suara yang sangat familiar diluar kelasku hujan deras.
“Iya iya gw bangun,, jawabku tanpa membuka mata, kurasakan ada benda menutupi wajahku, buku.
“Fit, ini buku paket siapa? Tanyaku
“Buku paket lo lah, w pake buat  nutupin muka lo yang ileran nanti kalo pak Anton liat lo ileran dia nyuruh lo bersihin wc lagi.” Jawab Firi sambil tertawa
“tapi gw heran lek, padahal gw udah sengaja diriin buku paket didepan muka lo, tapi kok pak Anton masih suka liat kearah lo ya?” Tanya Fitri kepadaku.
“Si pinter!!! Pantes aja pak Anton ngelirik kearah w terus, yang lo pake buat nutupin muka itu buku paket bahasa Indonesia!! “ Teriakku
“Hehehe, sholat dzuhur  yuk,”  ajaknya sambil tertawa renyah
“emang udah dzuhur ya? Cepet banget,, perasaan gw tidur cuma limabelas menitan,”
“udah cepetan ayuk kemasjid, nanti keburu rame, nich mukena lu”. Fitri menyodorkan mukena kedepan mukaku yang masih kusut.

Suasana diluar  kelas ramai, banyak murid yang berbondong-bondong menuju masjid. Masjid yang juga sering digunakan para warga sekitar sekolah kami untuk beribadah, masjid tua berwana hijau dengan bangunan yang kokoh. Lantai sepanjang jalan menuju masjid yang licin membuat aku dan Fitri tidak bisa bercanda terlalu aktif, kami hanya bisa bergurau lewat ucapan-ucapan konyol kami yang kadang membuat orang yang berjalan disekitar kami menghindar karna risih melihat terlalu ramai perbincangan kami.
Sesampainya di masjid, kami harus berlari kecil karena kami sudah mendengar komat di bacakan, tergesa-gesa kami mencari tempat untuk sholat, aku dan Fitri hanya melemparkan mukena sembarangan tanpa tahu Saff kami yang mana, karena kami harus berlari lagi ke belakang masjid untuk mengambil wudhu.

“MasyAllah, kenapa ngantri banget ya?” Tanya Fitri sambil teriak.
“Yah fit namanya juga lagi ujan jadinya begini pada buru-buru tapi telat juga,”  sautku sambil melipat kedua lengan bajuku.

Kami kembali kedalam masjid, dan semua jama’ah sudah rapi melakukan atahiyat akhir, sambil menunggu sholat selesai aku memerhatikan  saff laki-laki yang ku lihat hampir seluruhnya serentak menggunakan seragam putih abu-abu, dan batik coklat muda seragam para guru pada hari rabu.
“beruntung hari ini hujan Fit” ucapku pelan kepada Fitri sambil tersenyum lebar.
“emang kenapa lek?” Tanya Fitri
“kan jadinya abis sholat kita gak usah praktek olahraga,hehehe gue merdeka” jawabku tambah semangat

Aku dengar salam kedua yang dibacakan oleh Imam, bergegas kami menuju tempat kami melempar mukena, hah sudah kuduga mukena kami tidak ada di tempat.
“dilempar kepojokan kali Fit” ucapku pada Fitri yang tetap berputar mencari mukena kamu.
“nah itu dia” tunjuk Fitri kearah paling depan saff perempuan,

Fitri yang barusan berlari mengambil mukena kami, langsung menyerahkan mukena berwarna putih polos kepadaku, kami sholat masing-masing tanpa imam.

Usai sholat, dan berdo’a singkat tanpa melepaskan mukena langsung kerebahkan badankanku dilantai. Masjid mulai sepi, beberapa anak mulai kembali kekelasnya atau menuju tujuan mereka masing-masing.
“heh, badan lo gak ada tulangnya banget sich dimana mana tiduran mulu” ucap Fitri sambil melepaskan mukenanya.
“Langsung kekelas yuk” ajaknya
“Ya udah dech ayuk” jawabku malas
“Bawain mukena gue ya say” pintaku kepada Fitri sambil berlari
“heh enggak, enggak bawa sendiri,

Aku berlari keluar kelas, meninggalkan Fitri tanpa melihat kearah depan.
BRUUUGG, aku menabarak seseorang entah siapa, yang jelas badannya lebih kekarr dari pada aku, buktinya aku sampai jatuh terduduk tapi dia masih berdiri kokoh.
“Yuan lo gak apa-apa?” Tanya Fitri sambil membantuku bangun,
Rok abu-abu mudaku berubah menjadi abu-abu gelap karena aku jatuh ketempat yang basah,
“Kamu gak apa-apa?” suara cowo hampir sebaya denganku.
Dengan emosi yang tidak beralasan karena seharusnya kau yang salah, aku berkata sambil melihat kearah cowo itu
“apanya yang gak apa-apa? Li-at niich roook guue” suaraku yang tadinya penuh emosi langsung melemah karena kaget
“MasyAllah” teriakku kaget sambil melihat cowo itu.

The End